PSTK ITB, 2010

"tulisan sedulur saya, Dr Ir Bambang Tjahjono, dalam menggambarkan situasi Ganesha 10 Bandung, khususnya di Zona Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa, 2-4 April 2010, demikian komprehensif, maklum dia adalah satu dari sedikit Doktor Geologist yg dimiliki negri ini, juga penari jawa 'pria-alusan'. Jadi, saya catatkan disini, silahkan........"

Selamat Pagi, PSTK..

Sebuah catatan kecil saya atas karya “Nggandrungi Prambanan”, produksi PSTK ITB 2010 (asli).....

Keberanian adalah energi (ini mengutip dari seorang guru sma)... dan kutipan itu saya tujukan kepada para pekerja seni di PSTK ITB pada perhelatan Tanggap Warsa (TW39) hari Minggu 4 April 2010 yll.... Keberanian Veterina dan kawan-kawan inilah yang menjadi energi kuat dalam menggarap “Nggandrungi Prambanan”...

Tata tari yang “full variasi” sungguh menarik, mulai dari ragam putri, ragam putra alus, ragam gagahan, ragam tari eko prawiro, retno pamudya, klana, dll sampai yang modern kontemporer semuanya ada... mereka gelar dgn semangat tinggi. Terlepas dari kualitas teknik menarinya, banyaknya variasi ini adalah kekuatan barisan penata tari (Ve, Lilian, Nunu, Iuth, Dita, Gufron, dll) yang bergotong royong membangun dramaturginya Nggandrungi Prambanan. Perbendaharaan tari yg cukup memadai ditambah dgn dasar-dasar koreografi, membuat mereka berani membuat garapan tari..

Alur cerita hikayat Candi Prambanan yg sederhana ini mampu diangkat dalam sendratari yang menghibur penontonnya. Meski secara komposisi tari tidak terlalu istimewa, tetapi mulai dari kostum yang lagi-lagi “full variasi”, tingkah tari jenaka sampai serius.. dan penataan panggung... tetap saja menarik. Sebagian adegan yang memilih genre wayang orang, ditambah beberapa ragam yang diambil dari tari lepas (misalnya eko prawiro), tentu membuat sebagian penonton akan menunggu gerak-gerak tari klasik yang baku.. Inilah kendalanya, pada saat memilih bentuk pagelaran yang klasik (wayang orang, langendriyan, tari klasik), sadar atau tidak, penari dituntut untuk menampilkan teknik menari yang baik dan benar. Khususnya untuk Prabu Boko dan pasukannya, Patih Gupolo, Bandung Bondowoso, Loro Jonggrang, dll, karena gerakan yang ditampilkan adalah sabetan, ombak banyu, trisig, lumaksono, kiprahan, ulap-ulap, kengser, ukel, dsb... Sebaliknya garapan tari utk Rakyat Pengging dan Makhluk Halus (Jin) misalnya, lebih memikat karena digarap dengan lebih santai (bebas) dan jenaka...

Saya sengaja tidak mencatat penataan gendingnya.. . tetapi yang jelas mulai dari instrumen dasar, kendang sampai instrumen lanjut semacam gambang dan rebab, semuanya sudah dimainkan oleh penabuh PSTK (mahasiswa) sendiri.... Salut lah atas usahanya ini..

Secara keseluruhan, untuk Nggandrungi Prambanan, saya harus mengacungkan jempol keatas... PSTKers Angk 2008 plus beberapa seniornya, mampu membuat garapan dramatari yg berdurasi hampir 2 jam dengan penari hampir 30 orang PSTK (asli)..... Ditambah lagi kerja militan penata panggung, dekorasi, panitia seksi wira-wiri (Diana Cs) patut diapresiasi. .. Ini luar biasa.. Jaman ternyata tidak berubah... Masih sama saja... Zona 70..Zona 80...Masih Ada!! ....... dan PSTK 2010 ...juga masih ada... Saya kira Ve, Lilian, Icha...atau yg lebih senior spt Dita, Indri, Iuth, Putri, dll adalah Ida Sukma-Ida Sukma PSTK tahun 2010an... Belum lagi ada Nunu, Oni, Gufron, Yoni, dll yang adalah Pedhet Wijaya-Pedhet Wijaya di PSTK masa kini...hehehe. .

Akhirnya.... Veterina, Lilian, Icha, Oni dan Gufron sudah menepati janjinya. Sewaktu mereka menemui saya sebelum berangkat workshop tari dan karawitan ke ISI Solo tahun 2009 lalu, saya cuma pesan supaya mereka belajar koreografi.. ... Dan saya senang melihat hasilnya.... Nyatanya Minggu malam kemarin adik-adik PSTK sudah membuktikan mampu utk membuat sendiri garapan tari yang sangat menghibur... .

Mudah-mudahan kerja keras dan pengalaman tampil mereka ini (khususnya PSTK Angk 2008 dan 2009) dapat membuat adik-adik ini bangga dgn PSTK dan balik ke PSTK lagi beberapa puluh tahun yad utk mengisi acara sebagai alumni PSTK ITB... BRAVO, adik-adik PSTK !!!

Salam,

Bambing