stay tune @ 'green' GrandSlam

stay tune @ 'green' GrandSlam
JUN 21 - JUL 4

Jumat, 04 Juni 2010

Art & Culture Event @ Solo

Catatan saya kali ini, lebih merupakan respon terhadap email dari sahabat saya, Bambang Heriyanto, soal kegundahannya : mengapa tiada pihak dari Solo yang mengabarkan pada dunia event2 seni&budaya yg marak dan bagus.....

Solo banyak event tapi koq minim yg men'dunia'kan?
Dimana pusat masalahnya?
Menurut saya, tiadanya 'pendekatan komunikasi-pemasaran' dalam event2 itu.
Pendekatan tersebut harus dilakukan sejak perencanaan event, menentukan 'product event'. Sangat sulitlah "mencuri-perhatian' dunia, jika "positioning" event itu tidak 'kompetitif'....................
Contoh, SBC-2, dimana "unique selling point'nya, dibanding karnaval2 yang dilakukan di Jember, Salatiga dan Jakarta, yang baru2 ini diselenggarakan?
Jika sdh ditemukan, komunikasikan dgn "perencanaan pesan dan pemilihan media promosi" yang tepat. Ketrampilan ini butuh effort yg tidak sedikit.

Akan halnya IPAM 5th di Solo.
Ini proyek departemen BudPar, namun saya liat Pemkot Solo "nimbrung" disana. Saya kira ini "langkah cerdik" Walikota Solo Jokowi, dengan cost yang minimalis unt meng-"klaim" sebagai bahwa IPAM 5th itu 'event-nya wong Solo'.
Namun, dalam pengamatan saya, langkah cerdik Jokowi ini tidak ter'trickle down' di jajaran dibawahnya maupun stackholder warga kota yang lain.
Sungguh sangat disayangkan..........

Ada lagi, penghambat atau paling tidak penyebab kurang-optimalnya world-promotion pada cultural-event Solo, yaitu semangat 'sak-iyek sak eka kapti' dari seluruh elemen masyarakat ini sangatlah kurang. Yang terjadi malah, ungkapan2 'ah....aku yo iso, nek mung ngono', ........'ah aku wis nate nggawe'........
Sikap2 seperti yang terakhir ditunjukan tentu kurang produktif, alangkah eloknya kalau stackholder yg lain mendukung (hanyengkuyung) sebuah elemen yang akan membuat langkah 'menduniakan Solo', kemudian juga jajaran Pemerintahnya (eksekutif&legeslatif) segera memberi "apresiasi" yang cukup memadai kepada penyelenggara event tersebut tanpa kalkulasi politak-politik-pelethek yang aneh2. Krn pd dasarnya penyelenggara yang sungguh2 untuk "menduniakan Solo" itu sejatinya sudah melakukan agenda POLITIK NEGARA, beyond POLITIK PARTAI/GOLONGAN.

Tidak ada komentar: