|ditulis : Tuesday, April 21, 2009 at 7:23am|
*Asal-usul Batik Tulis dg motif corak Pamor Keris.......
Latar belakang situasi waktu itu, sampai awal 2008, suasana batin bangsa Indonesia sedang terganggu lantaran beberapa 'asset budaya'nya di klaim oleh bangsa lain. Tentu, sebagai warga bangsa, kami (pemrakarsa IKF) tidak ingin KERONCONG di klaim negara tetangga (Malaysia) mengingat 'ke-semarak-an' memainkan musik-keroncong ini disana lebih hebat dibanding di Indonesia.
Maklum, justru di Indonesia irama-musik ini kurang mendapat 'penghargaan' yg memadai, sebagai 'karya inovatif-sumber inspirasi-dutaBudaya bangsa', ia terpinggirkan, dibiarkan 'kalah bersaing' dalam industri-musik.
Oleh karena itu, pemrakarsa IKF ini berketetapan hati mengemas 'pesan' dalam IKF sbg perjuangan anak-bangsa Indonesia dalam mengamankan asset-budayanya. Pesan itu kemudian diformulasikan sebagai berikut : "Keroncong telah MENYEBAR di manca-negara, MENGAKAR di Indonesia, serta di KOTA SOLO Keroncong di PUSAKA-kan"
Justifikasi "menyebar" di manca-negara ; dalam event ini harus ada penyaji musik keroncong dari luar Indonesia, dalam hal ini Malaysia, sudah mencukupi. Adapun untuk mengekspresikan Keroncong telah "mengakar" di Indonesia; telah mencukupi dengan penyaji dari berbagai daerah yang mengusung kreasi-inovatif irama keroncong dg 'mengawinkan'nya dg irama-musik lain, tambahan alat musik khas daerah maupun 'mengganti' sama sekali seluruh alat2musik keroncong (7 alat) namun mempertahankan irama musik keroncong.
Di Kota Solo Keroncong di pusakakan dengan cara : mempersiapkan Grand Keroncong Orchestra, menggelar IKF2008 di Sitihinggil Keraton Kasunanan Surakarta (lokasi dimana terletak Nyai Setomi-sebuah meriam. Didepan 'pusaka' ini Raja Mataram mengucapkan sumpah saat penobatannya sebagai raja)
Memberi kesan mem'pusakakan Keroncong, kami merasa belum cukup dengan upaya diatas. Oleh karena itu kami berencana unt meng-kirab-kan ke lima belas group keroncong peserta festival, masing2 diatas sebuah trailer, dimana setiap kelompok ini akan 'didampingi' satu group penari-keroncong dari siswa SMA di Solo. Penari Keroncong ini tentu saja menggunakan batik-khusus (motif corak pamor keris). Dg konsep ini, kami ingin menyampaikan kepada masyarakat luas, bahwa event ini berkehendak 'mempusakakan' Keroncong.
Keris adalah aset budaya bangsa yg telah mendapat pengakuan dari Unesco. Sementara itu Keris sangat diidentikan dg Pusaka itu sendiri. Kami berpikir bagian mana dalam Keris ini yang menjadi faktor pembeda baik dg sesama keris maupun Pusaka yang lain, dimana proses produksinya memiliki tingkat kerumitan yg sangat tinggi. Kami temukan bahwa faktor pembeda itu adalah 'pamor'.
Hasil konsultasi kami dengan Eyang Haryono Guritno, pakar Keris, ketua Tim yg berjuang sehingga Keris Indonesia ini mendapat pengakuan Unesco, bahwa membuat batik-tulis dengan motif yg diambil dari 'pamor-keris' adalah upaya yg sangat baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan aset-budaya bangsa (Keris) juga memberi apresiasi akan 'nilai' dari sebuah Keris yg 'adiluhung' itu.
Pamor Keris mempunyai arti, salah satunya adalah garis-gambaran logam yg 'menempel' pada bilah keris, dimana proses pembentukannya melalui 'bakar-tempa' secara berulang. Krn proses ini memiliki banyak sekali 'ketergantungan' maka sangat mustahil didapat 'pamor keris' (misalnya: beras wutah) yg sama pada 2 keris berbeda. Saya mengistilahkan, dalam pembentukan pamor-keris itu ikut serta 'the invisible hand'.
Saya kemudian menjumpai Mas Gunawan Setiawan, pengusaha Batik dari Kauman Solo, apakah sekiranya berminat untuk mengembangkan corak-motif batik dg mengambil inspirasi dari Pamor-Keris. Tidak disangka gagasan kami disambut dengan antusias. Dalam 100 hari kemudian terciptalah 110 lembar batik-tulis, dg 11 corak pamor-keris.
Sebelum ditampilkan sebagai busana para penari-keroncong pd IKF2008, kami+mas Gun sempat menyeminarkan inovasi motif batik ini di Universitas Batik Surakarta, hasilnya : batik-tulis dg mengambil motif dari pamor-keris adalah upaya inovatif dalam rangka penyadaran masyarakat perlunya melindungi aset-budaya dari kepunahan maupun hilangnya ke-adiluhung-annya.
Semangat inilah yang kami tempelkan dalam IKF2008, lewat busana para penari keroncong maupun peragawati dalam 'royal fashion by RuryWardhana' sepanjang IKF2008.
Karena keterbatasan dana yg ada wkt itu, maka KirabKeroncong batal dilaksanakan, namun itu tdk berarti BatikTulis dg Motif Corak Pamor Keris tidak eksis dalam IKF2008.
Dengan demikian :
"Keris" sang Pusaka hadir dalam IKF2008 melalui "Batik Tulis" yg dikenakan oleh para "Penari Keroncong" dan peragawan-peragawati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar