|ditulis : Sunday, April 5, 2009 at 8:50am|
"Belajar dari Situ Gintung, Tanah Datar, Sidoarjo dll..."
Alam 'murka' pada manusia, demikian banyak media memaknai bencana-bencana itu.
Aneh, ketika kita 'memposisikan' bencana itu 'murka alam' thd 'manusia', masih juga kita sibuk2 mencari 'siapa yg bertanggung jawab'. Kegiatan yg tidak produktif sama sekali. Bukankah 'elok', jika segala daya upaya untuk membantu para korban, shg mereka bisa cepat kembali pada kualitas kehidupannya sebelum terjadi bencana.
Kegiatan produktif lain yg seyogianya kita lakukan, lebih tepatnya oleh Pemerintah (rakyat mah tugasnya memilih Pemerintah agar bekerja dg baik buat rakyat), adalah menemukan langkah antisipatif sehingga bencana serupa tdk terjadi di masa depan.
Langkah antisipatif? Tentu bukan masalah teknis, sdh banyak dan canggih2 pula insinyur2 Indonesia. Beda dg 100 apalagi 400 tahun lalu, Insinyurnya pasti dari bangsa 'penjajah'.
Insinyur 'penjajah' selalu berpikir membangun untuk 'bangunan' itu sendiri, atau paling tidak untuk 'angka pertumbuhan ekonomi'/'nilai ekspor'/'nilai tambah' ...dan sebagainya.
Amit-amit dah, kalau hari gene masih ada technokrat yang berpikir seperti tak ubahnya, sang Insinyur Penjajah diatas.
Nah....kalau teknis sudah bukan masalah, faktor yang menentukan guna-manfaat pembangunan itu adalah : ORIENTASI
Lha, orientasi-nya kemana?
Rakyat dong. Utamakan rakyat. Dialah TUJUAN Pembangunan diarahkan.
Kesejahteraannya ditingkatkan, kemuliaannya juga.
Siapa berani bertaruh, bhw SituGintung dibangun dg orientasi buat mensejahterakan bangsa Indonesia.
Apa ada bangsa lain yang peduli buat peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia? Yang benar aja.
Jadi sejak awal, SituGintung itu mengabaikan manusia2 disekeliling Situ itu (kalau ada), mereka (Belanda-Belanda) itu hanya peduli pada sawah dan kebun mereka saat itu
Wuahhhhhh.....jadi kangen GBHN jadul : "membangun manusia INDONESIA seutuhnya".
Orientasi yang seru n dahsyat pembangunan sekarang, HARUSNYA ........(pake bahasa gaul), "membangun manusia-Indonesia utuh-seutuh-utuhnya".
Jadi 'bangunan (apapun itu)', hanyalah sebuah ALAT, bukan TUJUAN.
Minggu, 30 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar