|ditulis : Tuesday, April 21, 2009 at 7:23am|
*Asal-usul Batik Tulis dg motif corak Pamor Keris.......
Latar belakang situasi waktu itu, sampai awal 2008, suasana batin bangsa Indonesia sedang terganggu lantaran beberapa 'asset budaya'nya di klaim oleh bangsa lain. Tentu, sebagai warga bangsa, kami (pemrakarsa IKF) tidak ingin KERONCONG di klaim negara tetangga (Malaysia) mengingat 'ke-semarak-an' memainkan musik-keroncong ini disana lebih hebat dibanding di Indonesia.
Maklum, justru di Indonesia irama-musik ini kurang mendapat 'penghargaan' yg memadai, sebagai 'karya inovatif-sumber inspirasi-dutaBudaya bangsa', ia terpinggirkan, dibiarkan 'kalah bersaing' dalam industri-musik.
Oleh karena itu, pemrakarsa IKF ini berketetapan hati mengemas 'pesan' dalam IKF sbg perjuangan anak-bangsa Indonesia dalam mengamankan asset-budayanya. Pesan itu kemudian diformulasikan sebagai berikut : "Keroncong telah MENYEBAR di manca-negara, MENGAKAR di Indonesia, serta di KOTA SOLO Keroncong di PUSAKA-kan"
Justifikasi "menyebar" di manca-negara ; dalam event ini harus ada penyaji musik keroncong dari luar Indonesia, dalam hal ini Malaysia, sudah mencukupi. Adapun untuk mengekspresikan Keroncong telah "mengakar" di Indonesia; telah mencukupi dengan penyaji dari berbagai daerah yang mengusung kreasi-inovatif irama keroncong dg 'mengawinkan'nya dg irama-musik lain, tambahan alat musik khas daerah maupun 'mengganti' sama sekali seluruh alat2musik keroncong (7 alat) namun mempertahankan irama musik keroncong.
Di Kota Solo Keroncong di pusakakan dengan cara : mempersiapkan Grand Keroncong Orchestra, menggelar IKF2008 di Sitihinggil Keraton Kasunanan Surakarta (lokasi dimana terletak Nyai Setomi-sebuah meriam. Didepan 'pusaka' ini Raja Mataram mengucapkan sumpah saat penobatannya sebagai raja)
Memberi kesan mem'pusakakan Keroncong, kami merasa belum cukup dengan upaya diatas. Oleh karena itu kami berencana unt meng-kirab-kan ke lima belas group keroncong peserta festival, masing2 diatas sebuah trailer, dimana setiap kelompok ini akan 'didampingi' satu group penari-keroncong dari siswa SMA di Solo. Penari Keroncong ini tentu saja menggunakan batik-khusus (motif corak pamor keris). Dg konsep ini, kami ingin menyampaikan kepada masyarakat luas, bahwa event ini berkehendak 'mempusakakan' Keroncong.
Keris adalah aset budaya bangsa yg telah mendapat pengakuan dari Unesco. Sementara itu Keris sangat diidentikan dg Pusaka itu sendiri. Kami berpikir bagian mana dalam Keris ini yang menjadi faktor pembeda baik dg sesama keris maupun Pusaka yang lain, dimana proses produksinya memiliki tingkat kerumitan yg sangat tinggi. Kami temukan bahwa faktor pembeda itu adalah 'pamor'.
Hasil konsultasi kami dengan Eyang Haryono Guritno, pakar Keris, ketua Tim yg berjuang sehingga Keris Indonesia ini mendapat pengakuan Unesco, bahwa membuat batik-tulis dengan motif yg diambil dari 'pamor-keris' adalah upaya yg sangat baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan aset-budaya bangsa (Keris) juga memberi apresiasi akan 'nilai' dari sebuah Keris yg 'adiluhung' itu.
Pamor Keris mempunyai arti, salah satunya adalah garis-gambaran logam yg 'menempel' pada bilah keris, dimana proses pembentukannya melalui 'bakar-tempa' secara berulang. Krn proses ini memiliki banyak sekali 'ketergantungan' maka sangat mustahil didapat 'pamor keris' (misalnya: beras wutah) yg sama pada 2 keris berbeda. Saya mengistilahkan, dalam pembentukan pamor-keris itu ikut serta 'the invisible hand'.
Saya kemudian menjumpai Mas Gunawan Setiawan, pengusaha Batik dari Kauman Solo, apakah sekiranya berminat untuk mengembangkan corak-motif batik dg mengambil inspirasi dari Pamor-Keris. Tidak disangka gagasan kami disambut dengan antusias. Dalam 100 hari kemudian terciptalah 110 lembar batik-tulis, dg 11 corak pamor-keris.
Sebelum ditampilkan sebagai busana para penari-keroncong pd IKF2008, kami+mas Gun sempat menyeminarkan inovasi motif batik ini di Universitas Batik Surakarta, hasilnya : batik-tulis dg mengambil motif dari pamor-keris adalah upaya inovatif dalam rangka penyadaran masyarakat perlunya melindungi aset-budaya dari kepunahan maupun hilangnya ke-adiluhung-annya.
Semangat inilah yang kami tempelkan dalam IKF2008, lewat busana para penari keroncong maupun peragawati dalam 'royal fashion by RuryWardhana' sepanjang IKF2008.
Karena keterbatasan dana yg ada wkt itu, maka KirabKeroncong batal dilaksanakan, namun itu tdk berarti BatikTulis dg Motif Corak Pamor Keris tidak eksis dalam IKF2008.
Dengan demikian :
"Keris" sang Pusaka hadir dalam IKF2008 melalui "Batik Tulis" yg dikenakan oleh para "Penari Keroncong" dan peragawan-peragawati
Minggu, 30 Mei 2010
International Keroncong Festival #4 ( TARI KERONCONG)
|ditulis : Tuesday, April 14, 2009 at 1:59am|
ASAL USUL TARI KERONCONG "
Ketika 'Keroncong' yg dlm industri musik telah terpinggirkan==walupun puluhan tahun lalu sempat menjadi mainstream-'ngepop'==harus tapil megah-adiluhung shg pantas ter-'pusaka'-kan lewat IKF 2008 ini.
Untuk itu diperlukan upaya 'penyandingan-citra' (co-branding) dg karya seni lain-ikon kota solo-, yg hingga saat ini masih dipersepsikan bernilai 'adiluhung'.
Kami sbg pemrakarsa IKF-2008 berencana 'menyanding'kan Keroncong ini dg Keris, Batik dan Tari Kontemporer(Klasik). Melalui kolaborasi Keris&Batik dlm IKF2008 dihasilkan kain batik-tulis dg motif 'corak pamor keris' (Asal-usulnya akan saya ceritakan di notes lain).
Kain Batik motif 'corak pamor' inilah yg kemudian dikenakan oleh penari2 'Tari Keroncong'.
ISI-Surakarta tentu menjadi center-of-exelence untuk urusan seni (tari) di Solo. Oleh karena itu kami menghadap Ketua Jurusan Tari ISI-Surakarta, wkt itu pak Hadi Subagyo, menyampaikan maksud : hendaknya ISI-Surakarta sbg salah satu ikon budaya Kota Solo mendukung IKF 2008, suatu event yg akan menunjukan sejatinya 'potensi' seni&budaya di Solo, dalam hal ini soal 'tari'. Selain itu kami sampaikan, bahwa ada musik Indonesia yg belum memiliki tarian-nya, yaitu Keroncong, mengapa tidak ISI-Surakarta menciptakan 'Tari Keroncong' ini untuk Indonesia. Prakarsa ini mendapat sambutan yg antusias dari pak Hadi Subagyo, kemudian menugasi mas Eko'pece'Supriyanto dan mas Wahyu, untuk secara intensif mengolah gagasan penciptaan 'Tari Keroncong' ini.
Mas Eko'pece'Supriyanto&mas Wahyu demikian bersemangat untuk penciptaan 'Tari Keroncong' ini. Detail teknis bgmn penciptaan ini dilakukan tentu saya tdk bisa menyampaikan, namun kurang lebih Mas Eko&mas Wahyu melakukan riset soal Keroncong ini dan direncanakan beberapa alternatif 'tari keroncong' yg akan di seminarkan, dimana nanti diserahkan kepada 'stake holder' tari, mana yg akan terus dikembangkan untuk dibakukan sebagai 'Tari Keroncong'.
Akhirnya, krn keterbatasan dana, maka yg bisa ditampilkan dalam Pembukaan IKF2008, 4des2008, hanya 1 alternatif tarian yg disebut 'Tari Keroncong-Kota Solo'. Kesan saya, sbg orang yg pernah belajar tari (klasik), ragam gerak yg terdpt dlm tarian itu 'baru', 'dinamis', 'sedikit sensual', 'cukup rumit&susah', walaupun begitu dg mudah dan luwes dpt ditarikan oleh 8 penari pria&wanita andalan ISI-Surakarta. Kostum penari menggunakan kain batik motif 'corak pamor keris', pria pake celana panjang. Jadi berkesan Indonesia 'banget'.
Wah mestinya kalau mas Eko cerita filosopi dibalik penciptaan tari keroncong itu, bakal seru..............namun sayang, sejak pelaksanaan IKF itu kami tdk punya kesempatan bertemu, krn kesibukan Mas Eko akan lawatan2 ke luar-negerinya.
Penting unt diketahui, pd saat penampilan Keroncong itu banyak penontonpun kemudian berdecak kagum 'ruarrrrrr biasa'
Untuk mensosialisasikan Tari Keroncong, serta mendorong anak2 muda kembali mendengar Keroncong, kami berencana dalam tahun ini menyelenggarakan "Lomba Tari Keroncong" antar SMP&SMA, dg dasar ragam gerak Tari Keroncong yg ada pada 'Tari Keroncong Kota Solo' ciptaan Eko'pece'Supriyanto
Mungkinkah ada perusahaan yg akan men-sponsori mahasiswa ISI yg akan mengambil 'tugas akhir'nya tentang 'Tari Keroncong'? Shg dg demikian : "Lestarilah budaya Indonesia nan adiluhung"
ASAL USUL TARI KERONCONG "
Ketika 'Keroncong' yg dlm industri musik telah terpinggirkan==walupun puluhan tahun lalu sempat menjadi mainstream-'ngepop'==harus
Untuk itu diperlukan upaya 'penyandingan-citra' (co-branding) dg karya seni lain-ikon kota solo-, yg hingga saat ini masih dipersepsikan bernilai 'adiluhung'.
Kami sbg pemrakarsa IKF-2008 berencana 'menyanding'kan Keroncong ini dg Keris, Batik dan Tari Kontemporer(Klasik). Melalui kolaborasi Keris&Batik dlm IKF2008 dihasilkan kain batik-tulis dg motif 'corak pamor keris' (Asal-usulnya akan saya ceritakan di notes lain).
Kain Batik motif 'corak pamor' inilah yg kemudian dikenakan oleh penari2 'Tari Keroncong'.
ISI-Surakarta tentu menjadi center-of-exelence untuk urusan seni (tari) di Solo. Oleh karena itu kami menghadap Ketua Jurusan Tari ISI-Surakarta, wkt itu pak Hadi Subagyo, menyampaikan maksud : hendaknya ISI-Surakarta sbg salah satu ikon budaya Kota Solo mendukung IKF 2008, suatu event yg akan menunjukan sejatinya 'potensi' seni&budaya di Solo, dalam hal ini soal 'tari'. Selain itu kami sampaikan, bahwa ada musik Indonesia yg belum memiliki tarian-nya, yaitu Keroncong, mengapa tidak ISI-Surakarta menciptakan 'Tari Keroncong' ini untuk Indonesia. Prakarsa ini mendapat sambutan yg antusias dari pak Hadi Subagyo, kemudian menugasi mas Eko'pece'Supriyanto dan mas Wahyu, untuk secara intensif mengolah gagasan penciptaan 'Tari Keroncong' ini.
Mas Eko'pece'Supriyanto&mas Wahyu demikian bersemangat untuk penciptaan 'Tari Keroncong' ini. Detail teknis bgmn penciptaan ini dilakukan tentu saya tdk bisa menyampaikan, namun kurang lebih Mas Eko&mas Wahyu melakukan riset soal Keroncong ini dan direncanakan beberapa alternatif 'tari keroncong' yg akan di seminarkan, dimana nanti diserahkan kepada 'stake holder' tari, mana yg akan terus dikembangkan untuk dibakukan sebagai 'Tari Keroncong'.
Akhirnya, krn keterbatasan dana, maka yg bisa ditampilkan dalam Pembukaan IKF2008, 4des2008, hanya 1 alternatif tarian yg disebut 'Tari Keroncong-Kota Solo'. Kesan saya, sbg orang yg pernah belajar tari (klasik), ragam gerak yg terdpt dlm tarian itu 'baru', 'dinamis', 'sedikit sensual', 'cukup rumit&susah', walaupun begitu dg mudah dan luwes dpt ditarikan oleh 8 penari pria&wanita andalan ISI-Surakarta. Kostum penari menggunakan kain batik motif 'corak pamor keris', pria pake celana panjang. Jadi berkesan Indonesia 'banget'.
Wah mestinya kalau mas Eko cerita filosopi dibalik penciptaan tari keroncong itu, bakal seru..............namun sayang, sejak pelaksanaan IKF itu kami tdk punya kesempatan bertemu, krn kesibukan Mas Eko akan lawatan2 ke luar-negerinya.
Penting unt diketahui, pd saat penampilan Keroncong itu banyak penontonpun kemudian berdecak kagum 'ruarrrrrr biasa'
Untuk mensosialisasikan Tari Keroncong, serta mendorong anak2 muda kembali mendengar Keroncong, kami berencana dalam tahun ini menyelenggarakan "Lomba Tari Keroncong" antar SMP&SMA, dg dasar ragam gerak Tari Keroncong yg ada pada 'Tari Keroncong Kota Solo' ciptaan Eko'pece'Supriyanto
Mungkinkah ada perusahaan yg akan men-sponsori mahasiswa ISI yg akan mengambil 'tugas akhir'nya tentang 'Tari Keroncong'? Shg dg demikian : "Lestarilah budaya Indonesia nan adiluhung"
Indonesia Developing
|ditulis : Sunday, April 5, 2009 at 8:50am|
"Belajar dari Situ Gintung, Tanah Datar, Sidoarjo dll..."
Alam 'murka' pada manusia, demikian banyak media memaknai bencana-bencana itu.
Aneh, ketika kita 'memposisikan' bencana itu 'murka alam' thd 'manusia', masih juga kita sibuk2 mencari 'siapa yg bertanggung jawab'. Kegiatan yg tidak produktif sama sekali. Bukankah 'elok', jika segala daya upaya untuk membantu para korban, shg mereka bisa cepat kembali pada kualitas kehidupannya sebelum terjadi bencana.
Kegiatan produktif lain yg seyogianya kita lakukan, lebih tepatnya oleh Pemerintah (rakyat mah tugasnya memilih Pemerintah agar bekerja dg baik buat rakyat), adalah menemukan langkah antisipatif sehingga bencana serupa tdk terjadi di masa depan.
Langkah antisipatif? Tentu bukan masalah teknis, sdh banyak dan canggih2 pula insinyur2 Indonesia. Beda dg 100 apalagi 400 tahun lalu, Insinyurnya pasti dari bangsa 'penjajah'.
Insinyur 'penjajah' selalu berpikir membangun untuk 'bangunan' itu sendiri, atau paling tidak untuk 'angka pertumbuhan ekonomi'/'nilai ekspor'/'nilai tambah' ...dan sebagainya.
Amit-amit dah, kalau hari gene masih ada technokrat yang berpikir seperti tak ubahnya, sang Insinyur Penjajah diatas.
Nah....kalau teknis sudah bukan masalah, faktor yang menentukan guna-manfaat pembangunan itu adalah : ORIENTASI
Lha, orientasi-nya kemana?
Rakyat dong. Utamakan rakyat. Dialah TUJUAN Pembangunan diarahkan.
Kesejahteraannya ditingkatkan, kemuliaannya juga.
Siapa berani bertaruh, bhw SituGintung dibangun dg orientasi buat mensejahterakan bangsa Indonesia.
Apa ada bangsa lain yang peduli buat peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia? Yang benar aja.
Jadi sejak awal, SituGintung itu mengabaikan manusia2 disekeliling Situ itu (kalau ada), mereka (Belanda-Belanda) itu hanya peduli pada sawah dan kebun mereka saat itu
Wuahhhhhh.....jadi kangen GBHN jadul : "membangun manusia INDONESIA seutuhnya".
Orientasi yang seru n dahsyat pembangunan sekarang, HARUSNYA ........(pake bahasa gaul), "membangun manusia-Indonesia utuh-seutuh-utuhnya".
Jadi 'bangunan (apapun itu)', hanyalah sebuah ALAT, bukan TUJUAN.
"Belajar dari Situ Gintung, Tanah Datar, Sidoarjo dll..."
Alam 'murka' pada manusia, demikian banyak media memaknai bencana-bencana itu.
Aneh, ketika kita 'memposisikan' bencana itu 'murka alam' thd 'manusia', masih juga kita sibuk2 mencari 'siapa yg bertanggung jawab'. Kegiatan yg tidak produktif sama sekali. Bukankah 'elok', jika segala daya upaya untuk membantu para korban, shg mereka bisa cepat kembali pada kualitas kehidupannya sebelum terjadi bencana.
Kegiatan produktif lain yg seyogianya kita lakukan, lebih tepatnya oleh Pemerintah (rakyat mah tugasnya memilih Pemerintah agar bekerja dg baik buat rakyat), adalah menemukan langkah antisipatif sehingga bencana serupa tdk terjadi di masa depan.
Langkah antisipatif? Tentu bukan masalah teknis, sdh banyak dan canggih2 pula insinyur2 Indonesia. Beda dg 100 apalagi 400 tahun lalu, Insinyurnya pasti dari bangsa 'penjajah'.
Insinyur 'penjajah' selalu berpikir membangun untuk 'bangunan' itu sendiri, atau paling tidak untuk 'angka pertumbuhan ekonomi'/'nilai ekspor'/'nilai tambah' ...dan sebagainya.
Amit-amit dah, kalau hari gene masih ada technokrat yang berpikir seperti tak ubahnya, sang Insinyur Penjajah diatas.
Nah....kalau teknis sudah bukan masalah, faktor yang menentukan guna-manfaat pembangunan itu adalah : ORIENTASI
Lha, orientasi-nya kemana?
Rakyat dong. Utamakan rakyat. Dialah TUJUAN Pembangunan diarahkan.
Kesejahteraannya ditingkatkan, kemuliaannya juga.
Siapa berani bertaruh, bhw SituGintung dibangun dg orientasi buat mensejahterakan bangsa Indonesia.
Apa ada bangsa lain yang peduli buat peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia? Yang benar aja.
Jadi sejak awal, SituGintung itu mengabaikan manusia2 disekeliling Situ itu (kalau ada), mereka (Belanda-Belanda) itu hanya peduli pada sawah dan kebun mereka saat itu
Wuahhhhhh.....jadi kangen GBHN jadul : "membangun manusia INDONESIA seutuhnya".
Orientasi yang seru n dahsyat pembangunan sekarang, HARUSNYA ........(pake bahasa gaul), "membangun manusia-Indonesia utuh-seutuh-utuhnya".
Jadi 'bangunan (apapun itu)', hanyalah sebuah ALAT, bukan TUJUAN.
Indonesian Broadcasting #1
|ditulis : Thursday, April 2, 2009 at 3:33pm |
Hari Penyiaran Nasional
Tgl 1 April 2009, oleh kawan-kawan masyarakat penyiaran kota Solo, atas prakarsa Hari Wiryawan-Anggota KPID Jateng, diusulkan untuk ditetapkan sebagai 'Hari Penyiaran Nasional'.
Dasar dari usulan tersebut adalah dibangun/dioperasikannya 'radio siaran' pertama oleh pribumi, yaitu KGPAA Mangkunegara VII, pada tgl 1 April 1933, di Solo (sekarang Monumen Pers Indonesia). Karena itu pula, melalui acara deklarasi itu diusulkan untuk ditetapkan Mangkunegara VII sebagai Bapak Penyiaran Indonesia.
Secara umum, saya sangat bangga menjadi wong Solo, jika usulan-usulan dalam deklarasi tersebut di setujui Pemerintah (Pusat?). Namun disinilah perjalanan 'panjang' hasil deklarasi mencapai tujuannya. Pasalnya :
* Penyiaran, tentu tidak sekedar radio siaran. Temen2 saya di 'radio siaran', khususnya di Solo tentu amat setuju, lha wong mereka yang mengusulkan. Tapi bagaimana dengan temen2 di Televisi, temen2 broadcaster komunitas, temen2 broadcast berlangganan. Wah lha koq buanyak yang harus diajak bicara dan mendukung?
Ya, iyalah, karena yang akan diusung mengandung istilah 'penyiaran', 'Nasional' pula. Coba kalo hanya 'radio' dan 'Solo', ya udah beres.
*Kelanjutannya, apa manfaat yg akan diterima oleh masyarakat penyiaran sendiri, maupun masyarakat luas sebagai pemilik 'ranah publik' yang menjadi modal utama sembarang sosok-penyiaran. Ini yang harus dijelaskan oleh para pemrakarsa.
Rasanya dari permasalahan diatas, diperlukan energi dan stamina para pemrakarsa untuk meng-'goal'kan aspirasinya ini.
Tidak bisa saya kira kalau sekedar diserahkan kepada Pemerintah Daerah unt diperjuangkan ditingkat Nasional.
Lha urusan Pemda barangkali masih banyak yg lebih urgent, yg berkaitan dg kesejahteraan warganya.
Jadi menurut saya, sebetulnya, acara tanggal 1April2009, di Balai Sujatmoko, Jl SlametRiyadi-Solo itu lebih 'maknyusss' kalau isi deklarasi itu menjadi 'Bapak Penyiaran Solo' dan 'Kota Solo sebagai Kota Penyiaran'.
Konsekuensi unt yang terakhir itu, paling2 masyarakat penyiaran di Solo (radio-tv, publik-swasta-komunitas maupun 'berlangganan') harus membuktikan diri, bhw ia bisa jadi 'contoh' penyiaran-ideal sesuai yang diamanatkan UU Penyiaran.
Ini, lebih realistik, dan hari inipun sdh bisa kita nikmati.
"Maknyuuuuussssss....."
Hari Penyiaran Nasional
Tgl 1 April 2009, oleh kawan-kawan masyarakat penyiaran kota Solo, atas prakarsa Hari Wiryawan-Anggota KPID Jateng, diusulkan untuk ditetapkan sebagai 'Hari Penyiaran Nasional'.
Dasar dari usulan tersebut adalah dibangun/dioperasikannya 'radio siaran' pertama oleh pribumi, yaitu KGPAA Mangkunegara VII, pada tgl 1 April 1933, di Solo (sekarang Monumen Pers Indonesia). Karena itu pula, melalui acara deklarasi itu diusulkan untuk ditetapkan Mangkunegara VII sebagai Bapak Penyiaran Indonesia.
Secara umum, saya sangat bangga menjadi wong Solo, jika usulan-usulan dalam deklarasi tersebut di setujui Pemerintah (Pusat?). Namun disinilah perjalanan 'panjang' hasil deklarasi mencapai tujuannya. Pasalnya :
* Penyiaran, tentu tidak sekedar radio siaran. Temen2 saya di 'radio siaran', khususnya di Solo tentu amat setuju, lha wong mereka yang mengusulkan. Tapi bagaimana dengan temen2 di Televisi, temen2 broadcaster komunitas, temen2 broadcast berlangganan. Wah lha koq buanyak yang harus diajak bicara dan mendukung?
Ya, iyalah, karena yang akan diusung mengandung istilah 'penyiaran', 'Nasional' pula. Coba kalo hanya 'radio' dan 'Solo', ya udah beres.
*Kelanjutannya, apa manfaat yg akan diterima oleh masyarakat penyiaran sendiri, maupun masyarakat luas sebagai pemilik 'ranah publik' yang menjadi modal utama sembarang sosok-penyiaran. Ini yang harus dijelaskan oleh para pemrakarsa.
Rasanya dari permasalahan diatas, diperlukan energi dan stamina para pemrakarsa untuk meng-'goal'kan aspirasinya ini.
Tidak bisa saya kira kalau sekedar diserahkan kepada Pemerintah Daerah unt diperjuangkan ditingkat Nasional.
Lha urusan Pemda barangkali masih banyak yg lebih urgent, yg berkaitan dg kesejahteraan warganya.
Jadi menurut saya, sebetulnya, acara tanggal 1April2009, di Balai Sujatmoko, Jl SlametRiyadi-Solo itu lebih 'maknyusss' kalau isi deklarasi itu menjadi 'Bapak Penyiaran Solo' dan 'Kota Solo sebagai Kota Penyiaran'.
Konsekuensi unt yang terakhir itu, paling2 masyarakat penyiaran di Solo (radio-tv, publik-swasta-komunitas maupun 'berlangganan') harus membuktikan diri, bhw ia bisa jadi 'contoh' penyiaran-ideal sesuai yang diamanatkan UU Penyiaran.
Ini, lebih realistik, dan hari inipun sdh bisa kita nikmati.
"Maknyuuuuussssss....."
International Keroncong Festival #3
|ditulis : Thursday, April 2, 2009 at 1:07pm|
"Asal Usul Solo Kota Keroncong"
Kwartal pertama tahun 2007 datang pada radio saya keluarga Mbah Gesang. Berencana unt memberi 'hadiah istimewa' bagi sang Maestro pd ulang-tahunnya yg ke-90.
Tentu saja hal ini sangat 'menantang kreatifitas' unt disiapkan sesuatu yg benar2 'memorable' buat Mbah Gesang, sekaligus menyadarkan warga bangsa bahwa Gesang adalah aset-bangsa tak ternilai, telah menjadi 'duta' bangsa bahkan ketika RI belum terbentuk.
"Asal Usul Solo Kota Keroncong"
Kwartal pertama tahun 2007 datang pada radio saya keluarga Mbah Gesang. Berencana unt memberi 'hadiah istimewa' bagi sang Maestro pd ulang-tahunnya yg ke-90.
Tentu saja hal ini sangat 'menantang kreatifitas' unt disiapkan sesuatu yg benar2 'memorable' buat Mbah Gesang, sekaligus menyadarkan warga bangsa bahwa Gesang adalah aset-bangsa tak ternilai, telah menjadi 'duta' bangsa bahkan ketika RI belum terbentuk.
Kamis, 27 Mei 2010
International Keroncong Festival #2
|ditulis : Sunday, March 1, 2009 at 11:00pm|
"Asal Usul IKF-2008"
Ditengah mempersiapkan 'Konser Gesang unt Indonesia', satu setengah tahun lalu, mas Mursid, pimpinan SoloBigBand, 'rasan-rasan' kepada saya sebagai ketua panitia Peringatan Ulang Tahun Gesang yg ke-90, sudah saatnya Solo memiliki Grand Keroncong Orchestra.
Wah, sosok apa pula ini.....?
Saya yg bukan pemusik, bahkan seniman aja bukan, tentu sangat tidak terbayang dengan apa yg dimaksud mas Mursid Hananto sebagai 'Grand Keroncong Orchestra'.
Keyakinan saya hanyalah...sesuatu yg baru dan membanggakan bagi Solo, harus terjadi sebagai dharma bakti kami pada kota tercinta ini : Solo.
Belakangan diterangkan bahwa GrandKeroncongOrchestra itu adalah GrandOrchestra umumnya, terdiri dari 5(lima) 'section', ditambah KeroncongSection atau ComboKeroncong. Mudeng....! (Istilah khas Solo untuk 'paham' atau 'mengerti').
Diakhir acara 'Konser Gesang unt Indonesia', 9 September 2007, stadion Internasional Manahan Solo,walikota Solo Jokowi mencanangkan Solo sebagai Kota Keroncong (asal usulnya akan saya tampilkan di fb-notes yg akan datang). Nah sesaat setelah pak Wali turun dri panggung acara itu, berpesan kepada saya dan teman2 panitia Gesang 90Tahun, untuk membuat 'konser keroncong' yg 5X lebih 'heboh' dari malam itu, sebagai tindak lanjut pencanangan SoloKotaKeroncong......
Beberapa hari setelah itu, terlintas bagaimana kalau obsesi Mas Mursid Hananto 'dikawinkan' dgn 'perintah' pak Wali tersebut?
Adalah kami bertiga, saya-mas Mursid-dan mas Amat, berdiskusi di beberapa tempat wedangan/angkringan unt menggagas event keroncong yg heboh itu.
Hasil diskusi 'trio wok-wek-wok' (kebetulan saya yg paling langsing, saya representasi dari -wek-), melalui SoloKeroncongOrchestra kami berniat unt 'mem-Pusaka-kan' Keroncong di Solo.
Setelah kami gosok disana sini, sehingga akhirnya kami temukan 'pesan' yang akan disampaikan dalam event itu nanti.
Pesan itu adalah : 'Keroncong telah menyebar di dunia. Di Indonesia keroncong telah mengakar. Di Solo Keroncong di Pusaka-kan'.
Nama event?
Kami tetapkan sebagai : "International Keroncong Festival". Ketika kami presentasikan dihadapan Walikota Solo-Ir Jokowi dan Kepala Dinas2 Pemkot Solo terkait, dengan 'mata elang' pak Jokowi : menyambut gagasan/rencana ini untuk direalisasikan.
Sejak hari itu, sekitar awal 2008, pikiran dan hati kami tertuju pada terselenggaranya event ini........................
'International Keroncong Festival 2008'.
Saya didaulat sebagai Ketua Panitia.
Mas Mursid sbg MusicDirector
Mas Amat sbg ArtDirector
"Asal Usul IKF-2008"
Ditengah mempersiapkan 'Konser Gesang unt Indonesia', satu setengah tahun lalu, mas Mursid, pimpinan SoloBigBand, 'rasan-rasan' kepada saya sebagai ketua panitia Peringatan Ulang Tahun Gesang yg ke-90, sudah saatnya Solo memiliki Grand Keroncong Orchestra.
Wah, sosok apa pula ini.....?
Saya yg bukan pemusik, bahkan seniman aja bukan, tentu sangat tidak terbayang dengan apa yg dimaksud mas Mursid Hananto sebagai 'Grand Keroncong Orchestra'.
Keyakinan saya hanyalah...sesuatu yg baru dan membanggakan bagi Solo, harus terjadi sebagai dharma bakti kami pada kota tercinta ini : Solo.
Belakangan diterangkan bahwa GrandKeroncongOrchestra itu adalah GrandOrchestra umumnya, terdiri dari 5(lima) 'section', ditambah KeroncongSection atau ComboKeroncong. Mudeng....! (Istilah khas Solo untuk 'paham' atau 'mengerti').
Diakhir acara 'Konser Gesang unt Indonesia', 9 September 2007, stadion Internasional Manahan Solo,walikota Solo Jokowi mencanangkan Solo sebagai Kota Keroncong (asal usulnya akan saya tampilkan di fb-notes yg akan datang). Nah sesaat setelah pak Wali turun dri panggung acara itu, berpesan kepada saya dan teman2 panitia Gesang 90Tahun, untuk membuat 'konser keroncong' yg 5X lebih 'heboh' dari malam itu, sebagai tindak lanjut pencanangan SoloKotaKeroncong......
Beberapa hari setelah itu, terlintas bagaimana kalau obsesi Mas Mursid Hananto 'dikawinkan' dgn 'perintah' pak Wali tersebut?
Adalah kami bertiga, saya-mas Mursid-dan mas Amat, berdiskusi di beberapa tempat wedangan/angkringan unt menggagas event keroncong yg heboh itu.
Hasil diskusi 'trio wok-wek-wok' (kebetulan saya yg paling langsing, saya representasi dari -wek-), melalui SoloKeroncongOrchestra kami berniat unt 'mem-Pusaka-kan' Keroncong di Solo.
Setelah kami gosok disana sini, sehingga akhirnya kami temukan 'pesan' yang akan disampaikan dalam event itu nanti.
Pesan itu adalah : 'Keroncong telah menyebar di dunia. Di Indonesia keroncong telah mengakar. Di Solo Keroncong di Pusaka-kan'.
Nama event?
Kami tetapkan sebagai : "International Keroncong Festival". Ketika kami presentasikan dihadapan Walikota Solo-Ir Jokowi dan Kepala Dinas2 Pemkot Solo terkait, dengan 'mata elang' pak Jokowi : menyambut gagasan/rencana ini untuk direalisasikan.
Sejak hari itu, sekitar awal 2008, pikiran dan hati kami tertuju pada terselenggaranya event ini........................
'International Keroncong Festival 2008'.
Saya didaulat sebagai Ketua Panitia.
Mas Mursid sbg MusicDirector
Mas Amat sbg ArtDirector
Label:
Amat Kurdi,
Gesang,
IKF,
Keroncong,
Mursid Hananto,
Pedhet Wijaya,
SKO,
Solo Big Band
International Keroncong Festival #1
|ditulis : 27/02/2009 |
"Belajar dari IKF #1"
Lega...bangga...terharu...
Perasaan2 spt itu yg mendera saya, begitu berkahir International Keroncong Festival (IKF) 2008, Solo - Sitihinggil Keraton Surakarta Hadiningrat, 6 Desember 2008.
Setiap hari pelakasanaan IKF (4-6 Des 2008, mulai 19.00 WIB), selalu saya pikirkan apa yg sekiranya bisa menjadi 'ikon' hari itu.
Betapa tidak, basic rundown IKF per hari telah tersusun pd hari H-7, yg mempertimbangkan dramaturgi tertentu shg penonton tdk jemu menyaksikan festival ini. Mengingat performer dari luar Solo menyajikan Keroncong yg unik sesuai dg keunikan 'budaya' asal mereka.
Malam terakhir ini, 6 Desember 2008, ditandai oleh penampilan Melly Goeslow menyanyikan lagu ciptaannya sendiri, "suara hati seorang kekasih", diiringi oleh SoloKeroncongOrchestra (SKO). Yg terkahir ini adalah grand orkestra ( 40an pemusik dg 5 section) ditambah 'keroncong section' (combo keroncong), terang mas. Mursid Hananto, music-director IKF, yg juga bertindak sbg dirigen SKO.
Selain itu, ikon malam ini (6 des 2008) adalah penyerahan penghargaan kepada :
1. Keraton Surakarta Hadiningrat, krn telah memberikan Sitihinggil Keraton Surakarta sebagai "Keroncong Virtual Palace'
2. Ir Joko Widodo, Walikota Surakarta, dikukuhkan sebagai 'Tokoh Kebangkitan Keroncong Antara Bangsa'
Ketika tanda berkahirnya IKF-2008 ditampilkan, dan lancarnya ikon2 diatas, serta penampilan terbaik dari para performer.........jelas perasaan-perasaan spt pembuka tulisan ini, mendera saya dg sukses.....
Sampai jumpa lagi....
"Belajar dari IKF #1"
Lega...bangga...terharu...
Perasaan2 spt itu yg mendera saya, begitu berkahir International Keroncong Festival (IKF) 2008, Solo - Sitihinggil Keraton Surakarta Hadiningrat, 6 Desember 2008.
Setiap hari pelakasanaan IKF (4-6 Des 2008, mulai 19.00 WIB), selalu saya pikirkan apa yg sekiranya bisa menjadi 'ikon' hari itu.
Betapa tidak, basic rundown IKF per hari telah tersusun pd hari H-7, yg mempertimbangkan dramaturgi tertentu shg penonton tdk jemu menyaksikan festival ini. Mengingat performer dari luar Solo menyajikan Keroncong yg unik sesuai dg keunikan 'budaya' asal mereka.
Malam terakhir ini, 6 Desember 2008, ditandai oleh penampilan Melly Goeslow menyanyikan lagu ciptaannya sendiri, "suara hati seorang kekasih", diiringi oleh SoloKeroncongOrchestra (SKO). Yg terkahir ini adalah grand orkestra ( 40an pemusik dg 5 section) ditambah 'keroncong section' (combo keroncong), terang mas. Mursid Hananto, music-director IKF, yg juga bertindak sbg dirigen SKO.
Selain itu, ikon malam ini (6 des 2008) adalah penyerahan penghargaan kepada :
1. Keraton Surakarta Hadiningrat, krn telah memberikan Sitihinggil Keraton Surakarta sebagai "Keroncong Virtual Palace'
2. Ir Joko Widodo, Walikota Surakarta, dikukuhkan sebagai 'Tokoh Kebangkitan Keroncong Antara Bangsa'
Ketika tanda berkahirnya IKF-2008 ditampilkan, dan lancarnya ikon2 diatas, serta penampilan terbaik dari para performer.........jelas perasaan-perasaan spt pembuka tulisan ini, mendera saya dg sukses.....
Sampai jumpa lagi....
Kreatif di Tahun Kreatif (Kota Solo)
Hari ini sungguh saya dapat energi tambahan, justru dari harapan banyak kawan pada diri saya. Tapi bersamaan dengan itu muncul kekhawatiran, bisakah saya memenuhinya kali ini?
Seribu satu gagasan selalu bisa lahir dari saya, yg sulit adalah membuatnya menjadi fakta, karena itu berarti harus mendpt dukungan dari banyak pihak.
Dua harapan itu adalah :
Yang PERTAMA, berkaitan dengan International Keroncong Festival 2008, 4-6 Des 2008, Sitihinggil Keraton Surakarta, yg menghasilkan '5 Des sbg Hari Kebangkitan Keroncong Dunia' serta 'Sitihinggil sebagai Istana Keroncong Dunia'. Spirit event ini dibawa pulang para peserta ke daerah/negara masing2........
Salah satunya, saya kutipkan yg saya terima lewat milis :
........................"Kawan-2 di seluruh penjuru tanah air, hari ini (16/02/09) ada pementasan keroncong di Food Court BEC Bandung Jl. Purnawaman mulai jam 17.00 - 20.00 WIB dengan tema "KERONCONG IS BACK". Pementasan ini bisa terselenggara atas kerjasama BEC, Komunitas Cyber (KC), dan Lembaga Apresiasi Keroncong Bandung. Untuk itu kami tunggu kehadiran kawan-2, terimakasih "salam,-adi-.................................."
Selain itu, Adi juga menulis :
..................."Ngomongin IKF tentu tidak bisa lepas dari nama Pedhet Wijaya, maka dalam hal ini Pak Pedhet, andai ada IKF2 berikutnya tentu harus terlibat. Dan IKF sangat fenomenal, punya kontribusi besar kembali menghidupkan keroncong.
Oh ya Pak, saya bisa minta foto OK Johor. Ini tjroeng Edisi 7 kita angkat besar-2 IKF "..........................
Yg KEDUA, berkaitan dg alumni ITB. Sptnya mereka terkesan dg pementasan yg saya bertindak sebagai sutradara&penata tari pria, tahun 1978, sendrapurwa (gabungan sendratari dan wayang purwa). Pentas itu kalau boleh dibilang sebagai Kegilaan yang Logis. Gila krn dijaman itu dua aspek, sendratari&wayangPurwo berjalan sendiri2. Logis, krn hanya dg cara itu seluruh potensi PSTK-ITB (Perkumpulan Seni Tari & Karawitan Jawa) bisa disinkronkan dlm satu aktifitas.
Ketika pd beberapa hari lalu, di milis alumni ITB itu muncul gagasan unt buat aktifitas dlm rangka Ultah PSTK-ITB, munculah 'harapan' itu kepada saya dari Mas Prayoga, T.Mesin ITB, 74, skrng kerja di MEDCO..........berikut petikannya : "Sing pener wayangan lan jogedan.. bareng.. lha sutrodhoro-ne ki Pedhet Wijoyo nDanu.. wis ngono ae.. aku tak wiwit golek duik sumbangan, yo... mas Djokar, ndang digelak panityane.. Rahayuo Sagung Dumadi, ki djogonegoro"
Belum saya respon, karena........
Itulah harapan2 itu............
Tp mampukah saya kali ini?..........
Seribu satu gagasan selalu bisa lahir dari saya, yg sulit adalah membuatnya menjadi fakta, karena itu berarti harus mendpt dukungan dari banyak pihak.
Dua harapan itu adalah :
Yang PERTAMA, berkaitan dengan International Keroncong Festival 2008, 4-6 Des 2008, Sitihinggil Keraton Surakarta, yg menghasilkan '5 Des sbg Hari Kebangkitan Keroncong Dunia' serta 'Sitihinggil sebagai Istana Keroncong Dunia'. Spirit event ini dibawa pulang para peserta ke daerah/negara masing2........
Salah satunya, saya kutipkan yg saya terima lewat milis :
........................"Kawan-2 di seluruh penjuru tanah air, hari ini (16/02/09) ada pementasan keroncong di Food Court BEC Bandung Jl. Purnawaman mulai jam 17.00 - 20.00 WIB dengan tema "KERONCONG IS BACK". Pementasan ini bisa terselenggara atas kerjasama BEC, Komunitas Cyber (KC), dan Lembaga Apresiasi Keroncong Bandung. Untuk itu kami tunggu kehadiran kawan-2, terimakasih "salam,-adi-.................................."
Selain itu, Adi juga menulis :
..................."Ngomongin IKF tentu tidak bisa lepas dari nama Pedhet Wijaya, maka dalam hal ini Pak Pedhet, andai ada IKF2 berikutnya tentu harus terlibat. Dan IKF sangat fenomenal, punya kontribusi besar kembali menghidupkan keroncong.
Oh ya Pak, saya bisa minta foto OK Johor. Ini tjroeng Edisi 7 kita angkat besar-2 IKF "..........................
Yg KEDUA, berkaitan dg alumni ITB. Sptnya mereka terkesan dg pementasan yg saya bertindak sebagai sutradara&penata tari pria, tahun 1978, sendrapurwa (gabungan sendratari dan wayang purwa). Pentas itu kalau boleh dibilang sebagai Kegilaan yang Logis. Gila krn dijaman itu dua aspek, sendratari&wayangPurwo berjalan sendiri2. Logis, krn hanya dg cara itu seluruh potensi PSTK-ITB (Perkumpulan Seni Tari & Karawitan Jawa) bisa disinkronkan dlm satu aktifitas.
Ketika pd beberapa hari lalu, di milis alumni ITB itu muncul gagasan unt buat aktifitas dlm rangka Ultah PSTK-ITB, munculah 'harapan' itu kepada saya dari Mas Prayoga, T.Mesin ITB, 74, skrng kerja di MEDCO..........berikut petikannya : "Sing pener wayangan lan jogedan.. bareng.. lha sutrodhoro-ne ki Pedhet Wijoyo nDanu.. wis ngono ae.. aku tak wiwit golek duik sumbangan, yo... mas Djokar, ndang digelak panityane.. Rahayuo Sagung Dumadi, ki djogonegoro"
Belum saya respon, karena........
Itulah harapan2 itu............
Tp mampukah saya kali ini?..........
Langganan:
Postingan (Atom)