Adalah Kolonel (inf) Sadputro Adi Nugroho yg saya wawancarai dlm acara 'GM-Talk' di radio yang saya dirikan sejak 9Sept2003 (solo_radio).
Siang itu, Kamis 3/05/2007, jam 11 kurang seperempat, mas Adi (demikian sang Kolonel itu mau disebut di solo_radio) tiba distudio-Jl menteri Supeno 6, Manahan, Solo. Seperti biasa setiap kami bertemu/berpisah, setelah jabat-tangan ala 'komando' (demikian istilah sang Kolonel, yaitu jabat-tangan yg langsung dilanjutkan dg "saling genggam ibu jari"), dilanjutkan dg 'cipika-cipiki', nah yg terakhir ini spt yg dilakukan oleh Tukul kpd tamu2nya dalam acara 'EmpatMata' di tv. Konon, 'cipika-cipiki' sang Kolonel diberikan kpd mereka yg mau diajak 'dekat' dg alumnus SMAN-1 Ska angkatan 1985 itu, seperti para wartawan - seniman - opinionLeader - kawanLama - dll.
Tepat jam 11nya, kami masuk ruang siaran guna menjalankan 'show' kami dg tajuk "GM-TALK", live via 92.9FM-diudara Solo-Boyolali-Sukoharjo, Karanganyar dan Klaten, -melebihi 'wilayah-tugas' Mas Adi-nya 'solo-lovers' (sebutan bagi pendengar solo_radio)......... Format acara ini memang 'talk-show'. Saya sebagai host-nya dan narasumbernya adalah mereka yg 'dipiih' Kota Solo, misalnya : Dandim 0735/Ska, 'kolonel' kami itu, Sadputro Adi Nugroho.
Prajurit yg satu ini ternyata sangat jauh dari sangar, malah sangat 'nyeni'......dari 'sono'nya memang, sejak di sma, tamu saya ini hobi nge-band, tak heran ketika masuk AKMIL (krn tdk diterima di ITB via PMDK), sangat 'stress' karena dari suasana hura-hura - hahahihi - berubah jadi disiplin keras dan ketat. Itu awalnya saja, sedikit demi sedit 2 hal tersebut malah menng-'chemistry' sampai lulusnya pak Dandim ini dari Akmil..
Bukti bahwa betapa 'nyeni' TentaraNo-1 di Solo ini, yaitu ketika saya minta menyanyi sebait lagu Crisye alm, MerpatiPutih, sebelum lagunya diudarakan dg aransemen-baru oleh Astrid, maka.......menyanyilah sang Dandim 0735 ini, dan sudah pasti didengar 200-300-an ribu pendengar solo_radio..
Ketika saya tanya, apa hubungannya militer (keras) dan seni (lembut)......apakah seni bagi militer itu hanya semacam 'oase' yg disinggahi kala diperlukan (hobi wkt senggang)?
Bagi mas Adi, tidak seperti itu. Jiwa seni (pertunjukan-musik) yg mengalir ditubuhnya sejak sebelum di AKMIL itu berkembang bersama sikap disiplin, tanggap, tangguh, trengginasnya militer, bahkan melengkapi jiwa kepemimpinannya. Hal itu ditunjukkan dalam bagaimana Komandan ini ber-relasi, tegas tapi 'pakai rasa/hati'.
Itulah sebabnya selepas dari Akmil tak hanya bisa jadi komandan saja, justru krn 'nyeni'nya itu beliau merasa comfort dengan seni-memimpin yg diterapkannya saat berelasi dg anak-buah, atasan, kolega dan bahkan masyarakat, termasuk dg diri saya....:-)
Dalam rangka pemberdayaan Solo sbg kota Budaya, menyimpan potensi seniman kaliber yg melimpah, mas Adi ini membuat (menyutradarai) DRAMA KOLOSAL PALAGAN AMBARAWA, melibatkan tak kurang dari 1500 orang yg terdiri dari siswa-mahasiswa-tentara asli-seniman dan partisipan, menceritakan semangat nasionalisme dan kepemimpinan Panglima Besar Jendral Soedirman. Ada dua ungkapan dalam drama tersebut yg terkesan 'berpengaruh' pada jiwa Mas Adi ini, yaitu "biarlah saya jadi korban, teruslah berjuang....MERDEKA', dan "mari kita laksanakan tugas...aku (pemimpinmu) akan selalu BERADA DITENGAH kalian"...
Pada penutup talkshow, saya tanyakan, bgmn pendapatnya tentang ada sebagian orang menilai bhw Nasionalisme kita telah tergadaikan dg adanya Perjanjian Ekstradisi RI-SINGAPURA/latihan militer bersama di wilayah RI. "Wah itu cara pandang yg kurang pas tho KanjengAdipatiAryoPedhet (panggilan 'sayang' unt saya dari Mas Adi). Nasionalisme bangsa ini tdk berkurang apalagi tergadaikan. Bangsa ini dapat mengatasi beberapa masalah dg cara murah (mendapat banyak keuntungan) koq dg adanya Perjanjian tersebut.....hanya saja, NASIONALISME perlu terus ditumbuhkembangkan dalam konteks kekinian yg menyimpan AncamanHambatanGangguanTantangan dg sosok baru".
Setuju Boss, tidak ada 'makan siang' gratis...tis...tis, kata saya.
Hemm..........:-)
Senin, 07 Mei 2007
Minggu, 06 Mei 2007
KENANGAN SEMASA SMA
Setelah hampir 4 tahun saya di Solo kembali, kenangan 33 tahun lalu 'hidup' lagi. Gara2nya saya diundang bu Ewah (SMAN-1 Ska), pembimbing teater Kosong SMAN-1 Ska, di TeaterArena kawasan TamanBudayaSurakarta (JawaTengah), unt menyaksikan karya terakhir TeaterKosong, serta diminta unt menerangkan mengapa teater sekolah itu diberi nama 'TeaterKosong'. Surprise.....krn malam itu gedung penuh sesak oleh siswa dan keluarga siswa.
Ada 2 pilar kenangan saya terhadap SMA NEGERI 1 SURAKARTA ini, yang membuat saya 'terharu' saat hidup di Solo lagi (2003), yaitu PERTAMA : 'widya kelana'-kumpulan mahasiswa asal SMA-1 Ska di Bandung dulunya, yg saya dirikan bersama2 32 teman satu angkatan yg masuk ITB (1976), di jl BantengDalam Bdg. Organisasi ini didirikan agar kami bisa saling asah-asih-asuh dan untuk membantu 'adik2' SMAN-1 Ska, agar lebih nyaman hidup di Bandung (berKELANA) menuntut ilmu (WIDYA). Ternyata sampai sekarang (2007) WidyaKelana ini tetap 'eksis' dan berkembang sbg kumpulan mhs asal Solo dan sekitarnya yg menuntut ilmu di ITB dg misi sama dg pertama kali didirikan, bahkan berkembang tdk unt 'adik2' SMAN-1 saja, juga unt seluruh SMA di SoloRAYA. Bangga.....bangga...bangga......
Yg 'KEDUA' : TeaterKOSONG - SMA-1 Ska. Ini didirikan krn akan ada 'lomba' teater antar SMA dari Dinas P&K (?) wkt itu (1974), saat itu saya di klas II-IPA 3, dan saat itu SMA 1 blm punya ekstrakurikuler teater. Atas prakarsa guru2 bahasa dan seni-gambar (bu Atmirah) dibukalah ekstrakurikuler ini. Saya dan DedyIndraja, teman se-klas saya, bergabung dg teman2 seangkatan dan adik2 klas I. Tidak banyak, kurang dari 10 orang barangkali, ter'marginal'kan, kalah pamor dg 'ekstrakurikuler' band dan modelling. Tentu, wkt itu belum diberi nama kelompok ini, namanya masih 'ekstra kurikuler drama'.
Untuk menghadapi lomba itu guru-2, pembimbing kami, meminta unt kami buat naskah drama dg ketentuan sesuai dg tema lomba. Yg paling intens menyiapkan naskah itu adalah kawan saya DedyIndraja, yg selalu mendiskusikan dg saya soal konsep naskah dramanya...akhirnya naskah Dedy-lah yg terpilih, judulnya lupa, dan saya dipilih sbg sutradara, sedang Dedy sbg penata dan operator musik, maklum wkt itu kami masih 'sendiri' di SMAN-1, belum punya 'kawan' ekskul lain dlm berkarya....jadilah Dedi ini cari rekaman (kaset) musik klasik, memilih dri bagian musik itu unt ilustrasi musik antar adegan, dan wkt pentas dia bawa 'tape-player' dan memutar musik pilihannya pada saatnya 'ditengah' penonton (maklum tanpa bantuan soundsystem sih).......lomba kami ikuti, sampailah kami di tingkat provinsi di Magelang, kami juara 3. Prestasi ini membanggakan kami, ekskul baru, tp 'bawa' nama SMAN-1 di tingkat Provinsi, barulah 'kawan' ekskul lain 'memandang' kami. Selain itu kami jadi 'pe-de' unt lebih 'berteater' (saya pribadi berinisiatif menambah 'ilmu-seni peran' dg uang jajan saya, kepada pak Kastoyo Ramelan).
Ada pula dorongan unt perlu memberi nama kelompok teater ini. Lewat diskusi panjang antar anggota, jadilah TEATER KOSONG, kemudian kami laporkan kpd Pembimbing kalo ekskul ini bernama Teater Kosong.
Sejak saat itulah kami 'membangun merek' TEATER KOSONG dgn sebuah TRADISI : naskah dibuat oleh anggota, sutradara & stageCrew dari anggota, paling2 kalau terpaksa ambil naskah dari luar-hrs pemenang lomba penulisan naskah- itupun kami interpretasikan dg cara kami sendiri.
Contohnya, karya pentas terakhir saya semasa SMA (1975), Jaka Tarub karya Akhudiat, dipentaskan di pendopo Sasana Mulyo (sekarang dalemnya Gusti Dipo) kawasan kraton Surakarta, 'biang'nya Taman Budaya Jawa Tengah. Pada pentas ini saya sbg Sutradara sekaligus berperan sbg Jaka Tarub. Inspirasi penggarapan naskah ini adalah Fetival Teater Remaja Jakarta, yg sempet saya lihat waktu liburan di Jakarta.
(tepatnya : disempet2in sambil juga beli naskah pemenang lomba penulisan naskah drama di Dewan Kesenian Jakarta - pake dana sendiri lho bukan dari sekolah). Dalam pentas ini pula Teater Kosong melibatkan 'teman' ekskul lain di SMAN-1 Ska yg telah lebih dulu meng-'ikon', yaitu Band di bwh komando Koko, dan Modelling (peragawati) dibawah Indri Hapsari......
Hemm......pentas itu sendiri jadi polemik di media NASIONAL, harian Merdeka kalo ga salah.........
Wartawan2 yg berpolemik salah satunya FX Mulyadi, satunya lupa-lah.
Itulah, awal dan akhir saya di TEATER KOSONG SMAN-1 SURAKARTA........harapan saya adik2 yg masih bergiat disana, agar tetap serius berteater dan melakukan TRADISI TEATER KOSONG, karena 'kosong' itu ideal, kosong itu 'kesempurnaan', dan 'kosong' itu sangat dekat dengan TuhanYangMahaEsa, selain 'kosong' itu perlu di 'isi'
Ada 2 pilar kenangan saya terhadap SMA NEGERI 1 SURAKARTA ini, yang membuat saya 'terharu' saat hidup di Solo lagi (2003), yaitu PERTAMA : 'widya kelana'-kumpulan mahasiswa asal SMA-1 Ska di Bandung dulunya, yg saya dirikan bersama2 32 teman satu angkatan yg masuk ITB (1976), di jl BantengDalam Bdg. Organisasi ini didirikan agar kami bisa saling asah-asih-asuh dan untuk membantu 'adik2' SMAN-1 Ska, agar lebih nyaman hidup di Bandung (berKELANA) menuntut ilmu (WIDYA). Ternyata sampai sekarang (2007) WidyaKelana ini tetap 'eksis' dan berkembang sbg kumpulan mhs asal Solo dan sekitarnya yg menuntut ilmu di ITB dg misi sama dg pertama kali didirikan, bahkan berkembang tdk unt 'adik2' SMAN-1 saja, juga unt seluruh SMA di SoloRAYA. Bangga.....bangga...bangga......
Yg 'KEDUA' : TeaterKOSONG - SMA-1 Ska. Ini didirikan krn akan ada 'lomba' teater antar SMA dari Dinas P&K (?) wkt itu (1974), saat itu saya di klas II-IPA 3, dan saat itu SMA 1 blm punya ekstrakurikuler teater. Atas prakarsa guru2 bahasa dan seni-gambar (bu Atmirah) dibukalah ekstrakurikuler ini. Saya dan DedyIndraja, teman se-klas saya, bergabung dg teman2 seangkatan dan adik2 klas I. Tidak banyak, kurang dari 10 orang barangkali, ter'marginal'kan, kalah pamor dg 'ekstrakurikuler' band dan modelling. Tentu, wkt itu belum diberi nama kelompok ini, namanya masih 'ekstra kurikuler drama'.
Untuk menghadapi lomba itu guru-2, pembimbing kami, meminta unt kami buat naskah drama dg ketentuan sesuai dg tema lomba. Yg paling intens menyiapkan naskah itu adalah kawan saya DedyIndraja, yg selalu mendiskusikan dg saya soal konsep naskah dramanya...akhirnya naskah Dedy-lah yg terpilih, judulnya lupa, dan saya dipilih sbg sutradara, sedang Dedy sbg penata dan operator musik, maklum wkt itu kami masih 'sendiri' di SMAN-1, belum punya 'kawan' ekskul lain dlm berkarya....jadilah Dedi ini cari rekaman (kaset) musik klasik, memilih dri bagian musik itu unt ilustrasi musik antar adegan, dan wkt pentas dia bawa 'tape-player' dan memutar musik pilihannya pada saatnya 'ditengah' penonton (maklum tanpa bantuan soundsystem sih).......lomba kami ikuti, sampailah kami di tingkat provinsi di Magelang, kami juara 3. Prestasi ini membanggakan kami, ekskul baru, tp 'bawa' nama SMAN-1 di tingkat Provinsi, barulah 'kawan' ekskul lain 'memandang' kami. Selain itu kami jadi 'pe-de' unt lebih 'berteater' (saya pribadi berinisiatif menambah 'ilmu-seni peran' dg uang jajan saya, kepada pak Kastoyo Ramelan).
Ada pula dorongan unt perlu memberi nama kelompok teater ini. Lewat diskusi panjang antar anggota, jadilah TEATER KOSONG, kemudian kami laporkan kpd Pembimbing kalo ekskul ini bernama Teater Kosong.
Sejak saat itulah kami 'membangun merek' TEATER KOSONG dgn sebuah TRADISI : naskah dibuat oleh anggota, sutradara & stageCrew dari anggota, paling2 kalau terpaksa ambil naskah dari luar-hrs pemenang lomba penulisan naskah- itupun kami interpretasikan dg cara kami sendiri.
Contohnya, karya pentas terakhir saya semasa SMA (1975), Jaka Tarub karya Akhudiat, dipentaskan di pendopo Sasana Mulyo (sekarang dalemnya Gusti Dipo) kawasan kraton Surakarta, 'biang'nya Taman Budaya Jawa Tengah. Pada pentas ini saya sbg Sutradara sekaligus berperan sbg Jaka Tarub. Inspirasi penggarapan naskah ini adalah Fetival Teater Remaja Jakarta, yg sempet saya lihat waktu liburan di Jakarta.
(tepatnya : disempet2in sambil juga beli naskah pemenang lomba penulisan naskah drama di Dewan Kesenian Jakarta - pake dana sendiri lho bukan dari sekolah). Dalam pentas ini pula Teater Kosong melibatkan 'teman' ekskul lain di SMAN-1 Ska yg telah lebih dulu meng-'ikon', yaitu Band di bwh komando Koko, dan Modelling (peragawati) dibawah Indri Hapsari......
Hemm......pentas itu sendiri jadi polemik di media NASIONAL, harian Merdeka kalo ga salah.........
Wartawan2 yg berpolemik salah satunya FX Mulyadi, satunya lupa-lah.
Itulah, awal dan akhir saya di TEATER KOSONG SMAN-1 SURAKARTA........harapan saya adik2 yg masih bergiat disana, agar tetap serius berteater dan melakukan TRADISI TEATER KOSONG, karena 'kosong' itu ideal, kosong itu 'kesempurnaan', dan 'kosong' itu sangat dekat dengan TuhanYangMahaEsa, selain 'kosong' itu perlu di 'isi'
Langganan:
Postingan (Atom)